Kamis, 03 November 2011

LINTAS BUDAYA Sumatera barat

Nama Kelompok :
1. Andraningsih 10509623
2. Kikhen Resna 11509807
3. Kurnia Ayu Rahmasari 12509568
4. Siti Nur Fajaria 16509633
5. Ummu Hani 11509913
6. Ummulia Wulan Nugraheni 15509800
7. Uyainah 15509559

Kelas : 3PA04

Penjelasan tentang Sumatera Barat

Pakaian adat
pakaian adat orang sumatera barat pada dasaranya semua sama, namun yang membedakan hanyalah bagian penutup kepala. Dan selendang yang biasanya dipake oleh pengantin namanya Tingkuluik.kalau kain tenun yang dipakai namanya Balapak.
Kesenian
Seni rakyat Randai , yaitu sejenis opera yang dimainkan oleh kurang lebih 20 orang, salah satu dari orang tersebut dari pemain tersebut , di pakaikan pakaian wanita, karena pada jaman dahulu perempuan tidak boleh naik panggung.
Senjata
1. Tombak
2. Tombak duo sagagang, yaitu tombak satu, namun memiliki 2 kail diujung tombaknya.
3. Piarik , yaitu tombak mata kail
4. Padang jinawi, yaitu pedang samurai namun ujungnya bengkok
5. Keris , yang digunakan hanya untuk kelengkapan pakaian pengantin pria.

Pelaminan
Di dalam pelaminan itu ada tempat kecil , yaitu :
1. Sarano, fungsinya untuk tempat sirih
2. Dulang, fungsinya untuk menaruh makanan tradisi. Seperti nasi kuning dan singgah ayam.

Dan untuk model pelaminan untuk sumatera barat juga berbeda ,itupun tergantung dari daerah masing-masing , padahal intinya sama , ada empat model pelaminan yaitu :
1. Pelaminan yang berwarna biru , yaitu dari daerah paimanan. Gabungan dari pasaman dan painan, dan itu didaerah pesisir laut.
2. Pelaminan yang berwarna merah, yaitu dari daerah parimanan
3. Pelaminan yang berwarna hitam, yaitu dari daerah lintau
4. Pelaminan yang berwarna merah hitam , yaitu dari daerah kabupaten agam , bukit tinggi

Mayoritas agama orang sumatera barat adalah Islam. Dan sistem kekerabatannya adalah menganut matrilinieal, yaitu garis keturunan ibu.
Makanan khas orang sumatera barat , yaitu Rendang , Asam pade, Tambunso, Gule itiek , kripik sanjay(balado)

Pernikahan

Perempuan yang akan menikah , seminggu sebelum pernikahan calon pengantin wanita ini dititipkan dirumah keluarga ayah, karena calon mempelai wanita ini supaya dijelaskan mengenai menjadi istri itu seperti apa.
Malam upacar adat, calon mempelai wanita di bainai (memasang pacar pada kuku, yang dipasangnya oleh orang-orang yang dituakan. Besok paginya,dirumah mempelai wanita dilaksanakan ijab qobul dan pesta. Kalau orang dahulu , pelaksanaan 7 hari 7 malam pesta. Sesudah tiga hari sehabis pernikahan , seorang mempelai wanita manjalang mintuo ( pulang kerumah laki-laki , untuk di perkenalkan oleh keluarga laki-laki , selama beberapa hari , setekah itu mereka pualng kerumah , baru mereka bisa dikatakan menjadi suami istri yang sah.
Khusus untuk orang pariaman , masih berlangsung hingga saat ini , perempuan yang meminang laki-laki.
Rumah adat Sumatera barat yaitu Rumah gadang
Lagu-lagu Sumatera barat , diantaranya Kampuang non jauh dimato , malaybaine, samsaro ayam den lape , dll
Tarian sumatera barat diantaranya tari piring ,
Alat musik talempong , untuk mengiringi alat musik

Sumatera Barat berada di bagian barat tengah pulau Sumatera dengan luas 42.297,30 km² . Provinsi ini memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk Bukit Barisan yang membentang dari barat laut ke tenggara. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini. Garis pantai Sumatera Barat seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Danau yang berada di Sumatera Barat adalah Maninjau (99,5 km²), Singkarak (130,1 km²), Diatas (31,5 km²), Dibawah (Dibaruh) (14,0 km²), Talang (5,0 km²).
Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, yaitu Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), Sungai Kampar dan Batang Hari. Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi. Sungai-sungai yang bermuara di pantai barat pendek-pendek. Beberapa di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan. Gunung-gunung di Sumatera Barat adalah Marapi (2.891 m), Sago (2.271 m), Singgalang (2.877 m), Tandikat (2.438 m), Talakmau (2.912 m), Talang (2.572 m).
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan alami dan dilindungi. Dalam hutan tropis di Sumatera Barat dapat dijumpai berbagai spesies langka, misalnya: Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini: Taman Nasional Siberut yang terdapat di Pulau Siberut (Kabupaten Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Selain kedua Taman Nasional tersebut masih ada beberapa cagar alam lainnya, yaitu Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang Palupuh, Cagar Alam Lembah Harau, Taman Raya Bung Hatta, dan Cagar Alam Beringin Sakti. Batubara, Batu besi, Batu galena, Timah hitam, Seng, Manganase, Emas, Batu kapur (Semen), Kelapa sawit, Perikanan, Kakao.
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Mayoritas penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada umumnya adalah para pendatang.
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dialek Mandailing, yang biasanya digunakan suku Batak Mandailing. Sementara itu di daerah Mentawai yang berupa kepulauan dan terletak beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Mentawai.



Kabupaten dan kota di Sumatera Barat :

Kabupaten Agam
Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kabupaten Lima Puluh Kota
Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman Barat
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Solok
Kabupaten Solok Selatan
Kabupaten Tanah Datar
Kota Bukittinggi
Kota Padang
Kota Padangpanjang
Kota Pariaman
Kota Payakumbuh
Kota Sawahlunto
Kota Solok






1. Kabupaten Agam

Kabupaten Agam adalah sebuah kabupaten yang terletak di di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Ibu kotanya berada di Lubuk Basung. Di kabupaten ini terdapat Danau Maninjau yang terkenal. Kabupaten Agam memiliki wilayah seluas 2.232,30 km²; dan penduduknya berjumlah sekitar 500.000 jiwa. Bupati Kabupaten Agam adalah Aristo Munandar yang terpilih untuk kedua kalinya pada tahun 2005.
Kata "agam" diambil dari bahasa Aceh, yang berarti "laki-laki", hal ini menunjukkan bahwa suku Minangkabau masih memiliki ikatan sejarah dengan suku Aceh. Namun menurut Tambo, Agam adalah salah satu dari Luhak Nan Tuo yakni Luhak Agam, Luhak Tanah Datar, Luhak 50 Koto. Nama Agam sendiri diambil dari tumbuhan mensiang Agam yang ditemukan di sekitar Luhak (sumur).
Terdapat 15 kecamatan di kabupaten ini. Kelima belas kecamatan tersebut dibagi lagi kepada 81 nagari. Kecamatan-kecamatan di Agam adalah:

IV Angkat Canduang
IV Koto
Ampek Nagari
Banuhampu
Baso
Candung
Kamang Magek

Matur
Palembayan
Palupuh
Sungai Puar
Tanjung Mutiara
Tanjung Raya
Tilatang Kamang

2. Kabupaten Dharmasraya

Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Dharmasraya berdiri berdasarkan Undang-Undang pemekaran daerah terhitung tanggal 7 Januari 2004, dan terpisah dari kabupaten induknya, yakni Sawahlunto-Sijunjung. Kabupaten ini berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Berlokasi di ujung tenggara Sumatera Barat, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung di utara, Kabupaten Solok di barat laut, kabupaten Solok Selatan di barat, Provinsi Riau di timur dan Provinsi Jambi di selatan.
Dharmasraya diambil dari nama sebuah kerajaan yang pernah berkuasa setelah kejatuhan kerajaan Sriwijaya di abad 13-14. Kerajaan Dharmasraya pernah mempunyai wilayah dari semenanjung malaya hingga Sumatera. Hal ini dapat dibuktikan dari Prasasti Grahi di Chaiya, selatan Thailand. Dan kemudian menjadi bahagian dari kerajaan Singhasari, seperti yang terpahat di Prasasti Padang Roco.
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu dari 3 kabupaten baru hasil pemekaran di Sumatera Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera Barat, yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Sawahlunto / Sijunjung, dan diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Aktivitas Pemerintahan Kabupaten Dharmasraya secara resmi telah beroperasi sejak dilantiknya Penjabat Bupati Dharmasraya pada tanggal 10 Januari 2004 dan sejak tanggal 12 Agustus 2005 Kabupaten Dharmasraya telah memiliki Bupati Definitif hasil Pilkada Langsung, dengan Pasangan Terpilih H. MARLON MARTUA, SE dan Ir. TUGIMIN.
Kabupaten Dharmasraya dengan luas 2.961, 13 Km atau 296.113 Ha. Dengan topografi Kabupaten Dharmasraya bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar dengan variasi ketinggian dari 98,3 M sampai 1.525 M dari permukaan laut. Sebagian besar jenis tanah di kabupaten Dharmasraya berjenis Podzolik Merah Kuning (PMK) yang didominasi oleh hutan hujan tropik dan perkebunan. Hutan seluas 133.186 Ha (44,98 %), perkebunan seluas 118.803 Ha (40,12 %) dan lain-lain sebesar (14.90 %). Suhu berkisar antara 210 C – 330 C dengan rata-rata hari hujan 14,35 hari per bulan dan rata-rata curah hujan 265,36 mm per bulan.
3. Kabupaten Kepulauan Mentawai

Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini dinamai sedemikian menurut nama asli geografisnya. Kabupaten yang berbentuk kepulauan ini terletak ±150 km di Samudra Hindia yang terdiri dari kelompok pulau utama yaitu Pulau Siberut, Sipora, Kepulauan Pagai Utara, dan Kepulauan Pagai Selatan (masing-masing memiliki pulau-pulau kecil) yang dihuni oleh masyarakat suku Mentawai di lepas pantai Sumatra Barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 601 km² dan populasi 64.235 jiwa. Ibu kotanya berada di Tuapejat. Kabupaten ini terbagi menjadi empat kecamatan dan 40 desa.
4. Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sarilamak. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.354,30 km2 dan berpenduduk sebanyak 311.773 jiwa (sensus penduduk 2000). Kabupaten ini terletak di bagian timur wilayah provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari Kota Padang, ibu kota provinsi.

Kecamatan Kapur IX merupakan penghasil tanaman gambir terbesar di Indonesia. Gambir bersama dengan karet, semen dan kayu lapis termasuk dalam 10 komoditas utama ekspor Sumatra Barat. Tanaman gambir mengandung zat katechine dan tanin, yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetik, penyamak kulit dan industri batik. Volume ekspor gambir provinsi Sumatra Barat tahun 2000 besarnya 1.339.860 kg. Meskipun gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan kabupaten 50 Kota, namun yang menjadi tulang punggung perekonomian kabupaten ini adalah tanaman bahan makanan. Perkebunan dan tanaman bahan makanan, keduanya tergolong dalam sektor pertanian, menjadi penyumbang kegiatan ekonomi utama kabupaten ini.

Kabupaten ini tergolong daerah paling makmur di Sumatra Barat. Bahkan penduduk di Kecamatan Kapur IX disebut-sebut memiliki pendapatan yang setara dengan gaji bulanan para menteri. Hal ini karena masyarakat Kapur IX memiliki mata pencaharian sebagai penghasil gambir yang langsung diekspor ke Singapura, India, Jepang, dan Pakistan. Sayangnya pemerintah daerah ini tidak bisa menyediakan sarana infrastruktur yang memadai seperti sarana telekomunikasi, jalan, air bersih, sehingga potensi kecamatan yang dijuluki negeri "Petro Dollar" ini tidak tergarap optimal.


Di pelosok desa Mahat, kecamatan Suliki Gunung Mas, banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Di desa ini dapat disaksikan pemandangan kumpulan batu-batu menhir dengan latar belakang perkebunan tanaman gambir yang menyerupai panorama perkebunan teh di daerah Puncak, Jawa Barat. Karena pemandangan inilah, pada tahun 1981 desa Mahat dimasukkan dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata di kabupaten ini.

Menurut sebagian sejarawan, Minanga Tamwan berada di hulu sungai Kampar, di sebelah timur kabupaten Lima Puluh Kota. Daerah ini tercantum dalam Prasasti Kedukan Bukit sebagai daerah asal Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut Dapunta Hyang membawa 20.000 tentara dengan perbekalan sebanyak dua ratus peti berjalan dengan perahu, dan yang berjalan kaki sebanyak seribu tiga ratus dua belas orang. Tambo Minangkabau mencatat bahwa Dapunta Hyang turun dari Gunung Marapi ke Minanga Tamwan dan keturunannya meluaskan rantau ke selatan Sumatera. Minanga Tamwan atau Minanga Kabwa diperkirakan merupakan asal usul nama Minangkabau.

Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan yaitu:

Akabiluru
Bukit Barisan
Guguk
Gunung Mas
Harau
Kapur IX
Lareh Sago Halaban
Luhak
Mungka
Pangkalan Koto Baru
Payakumbuh
Situjuh Lima Nagari
Suliki Gunung Mas





5. Kabupaten Padang Pariaman

Padang Pariaman adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.328,79 km² dan populasi 370.489 jiwa (2003). Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) DPRD No. 05/KEP.D/DPRD 2008 dan SK Bupati No. 02/KEP/BPP/2008, tertanggal 2 Juli 2008, ibu kota kabupaten ini dipindahkan dari Kota Pariaman ke Parit Malintang, yakni sebuah nagari di kecamatan Enam Lingkung.
6. Kabupaten Pasaman

Kabupaten Pasaman adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Lubuk Sikaping. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.835 km² dan berpenduduk sebanyak 513.122 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2000.
Seperti wilayah Indonesia lainnya, Sumatera Barat, khususnya Pasaman pernah dikuasai oleh kolonial Belanda. Perang melawan penjajahan Belanda di Pasaman dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol yang dikenal dengan Perang Paderi (1821-1830). Karena terlalu banyak permasalahan di kubu Tuanku Imam Bonjol menyebabkan beliau dan pengikutnya mengalami kekalahan melawan Belanda.
Sumber pendapatan utama kabupaten Pasaman berasal dari subsektor tanaman pangan. Mesti demikian, Kabupaten Pasaman lebih dikenal karena produksi kelapa sawitnya. Pada tahun 2000, produksi kelapa sawit di kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 788.446 ton. Jumlah tersebut dipanen dari areal seluas 78.387 hektar. Di samping kelapa sawit, kabupaten Pasaman juga dikenal akan produksi minyal nilamnya. Minyal nilam yang dihasilkan Pasaman, selain yang dihasilkan Kepulauan Mentawai, merupakan yang terbaik di dunia.
Salah satu tokoh terkenal yang lahir di Kabupaten Pasaman adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Tuanku Imam Bonjol. Peto Syarif Tuanku Imam Bonjol lahir di Desa Tanjung Bungo di Kecamatan Bonjol. Tuanku Imam Bonjol adalah seorang pemuka agama yang berwibawa di desanya. Selain Tuanku Imam Bonjol, perlawanan terhadap penjajah di Pasaman juga dipimpin oleh Tuanku Rao, memimpin perlawanan di Rao.



Kabupaten Pasaman terdiri dari 12 kecamatan yaitu:

II Koto
III Nagari
Bonjol
Lubuk Sikaping
Mapat Tunggul
Mapat Tunggul Selatan

Panti
Rao
Rao Selatan
Rao Utara
Simpang Alahan Mati
Padang Gelugur

7. Kabupaten Pasaman Barat

Kabupaten Pasaman Barat adalah salah satu kabupaten di Sumatra Barat, Indonesia. Dibentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, potensi terbesar Pasaman Barat terletak pada sektor perkebunan kelapa sawit, jeruk dan salak.
Kota-kota penting di Pasaman Barat antara lain Simpang Empat, Sasak, Kinali, Talu, Air Bangis, Silaping, Ujung Gading, Muara Kiawai, Sungai Aur, Parit, Paraman Ampalu, Sikabau, Pulau Panjang, Cubadak, Simpang Tonang, Simpang Tiga, Desa Baru, Sigantang, dan lain-lain.

8. Kabupaten Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 5.749,89 km² dan populasi 400.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan. Penduduk dari Kecamatan XI Koto Tarusan dan Kecamatan Bayang secara historis umumnya berasal Luhak Kubuang Tigo Baleh terutama dari Muaro Paneh, Kabupaten Solok sekarang dan Sungai Pagu, Solok Selatan sekarang. Sebagian nenek moyang Nagari Inderapura ada yang berasal dari Pariangan Padang Panjang, Padang Panjang. Dan sebagian kecil dari Bengkulu dan Kerinci terutama penduduk Tapan dan Lunang.


Di Pesisir Selatan banyak terdapat objek wisata baik objek wisata alam maupun wisata sejarah dan budaya. Ada beberapa objek wisata yang terkenal antara lain:

Pantai Mandeh (Tarusan)
Jembatan Akar (Bayang)
Air Terjun Bayang Sani (Bayang)
Puncak Langkisau (Painan)
Pantai Carocok (Painan)
Benteng Portugis di Pulau Cingkuk (Painan)
Bekas pertambangan emas di Salido
Pantai Pasir Putih di Kambang
Puing-puing Istana Kerajaan Inderapura di Muaro Sakai (Inderapura)
Istana Mande Rubiah di Lunang


9. Kabupaten Sijunjung

Kabupaten Sijunjung, sebelumnya disebut Sawahlunto Sijunjung, adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kotanya berada di Muaro Sijunjung. Kabupaten ini sebelum tahun 2004 merupakan kabupaten terluas ketiga di Sumatera Barat, namun sejak dimekarkan (yang menghasilkan Kabupaten Dharmasraya), Sijunjung merupakan kabupaten tersempit kedua di provinsi. Luasnya sekitar 3.100 km². Penduduknya berjumlah 178.204 jiwa (2004). Hampir seluruhnya berdagang atau menjadi pegawai negeri sipil, sedangkan sisanya adalah petani.

10. Kabupaten Solok

Kabupaten Solok adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.146 km² dan populasi 500.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Arosuka. Kabupaten Solok dibentuk berdasarkan UU No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom dalam lingkungan propinsi Sumatera Tengah. Dalam UU ini dinyatakan bahwa pusart pemerintahan kabupaten Solok berada di Solok, salah satu nagari dalam kabupaten Solok.
Tahun 1970, ibukota kabupaten Solok ini berubah status menjadi Kotamadya, sehingga pusat pemerintahan kabupaten Solok berada dalam wilayah pemerintahan Kotamadya Solok. Secara berangsur angsur kemudian pusat pemerintahan kabupaten Solok "digeser" ke Koto Baru, Kecamatan Kubung. Namun seiring dengan perkembangan pemerintahan kemudian, Kotobaru tidak memadai lagi untuk berfungsi sebagai pusat pemerintahan karena beberapa faktor, antara lain:

* Lahan milik pemerintah yang tersedia sangat terbatas, sehingga tidak mungkin untuk mengembangkan gedung / sarana perkantoran.
* Lahan masyarakat disekitar Koto Baru adalah sawah yang subur yang didukung oleh irigasi yang baik dan produktivitasnya cukup tinggi, sehingga "sayang" kalau mesti dialih fungsikan untuk menjadi perkantoran pemerintah.
* Letak Koto Baru tidak berada ditengah tengah wilayah administrasi pemerintahan kabupaten sehingga cukup menyulitkan bgi masyarakat yang berjarak jauh.
* Karena ketebatasan lahan di Koto Baru, sebagian bangunan perkantoran pemerintah kabupaten Solok masih terdapat dalam wilayah administrasi Kota Solok, sehingga mempersulit koordinasi/konsultasi antar Unit Kerja. Juga terpisahnya perkantoran ini membuat prosedur pelayanan masyarakat menjadi tidak efektif dan efisien.
Tanggal 6 November 1997, diadakan diskusi persiapan pemindahan ibukota kabupaten antara jajaran eksekutif dan legislatif pemerintah kabupaten Solok dengan tokoh tokoh masyarakat dan para perantau di Gedung Solok Nan Indah, Koto Baru. Dari 3 usulan calon ibukota, dalam diskusi ini kemudian disepakati untuk memilih lokasi di Kayu Aro - Sukarami sebagai ibukota kabupaten Solok yang direncanakan. 2 calon yang lain adalah Sungai Nanam di kecamatan Lembah Gumanti dan Muaro Paneh di kecamatan Bukit Sundi.
Lokasi yang dimaksud adalah lahan sekitar 500 Ha yang terletak diperbatasan antara Kayu Aro - Sukarami di pinggir jalan raya Solok - Padang yang merupakan salah satu jalur Lintas Sumatera. Untuk ini kemudian dibuat pembahasan dan perencanaan matang terhadap semua aspek yng menyangkut keberadaan ibukota baru tersebut, seperti aspek sosial ekonomi, aspek geografi dan topografi serta dilengkapi dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Terhadap Lingkungan), dimana ditegaskan bahwa pembangunan ibukota ini tidak akan melakukan perubahan ekstrim terhadap kondisi lahan dan bentang alam, menjaga kawasan sekitar dari pengrusakan yang tidak perlu dan mengalokasikan hanya sekitar 40 % dari luas lahan keseluruhan untuk sarana dan prasarana pembangunan.
11. Kabupaten Solok Selatan

Kabupaten Solok Selatan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten Solok Selatan terletak pada 01°00’59”-01°46’45”' Lintang Selatan dan 101°53'24"–101°41'41" Bujur Timur[2] dengan luas wilayah 3.346,20 km², di bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat, dengan batas-batas:
· Utara : Kabupaten Solok
· Selatan : Provinsi Jambi (Kabupaten Bungo dan Kabupaten Kerinci)
· Barat : Kabupaten Pesisir Selatan
· Timur : Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Solok Selatan merupakan buah dari perjuangan panjang yang dimulai sejak tahun 1950-an yang ditandai dengan diadakannya Konferensi Timbulun. Pada Konferensi Timbulun saat itu digagas rencana pembentukan sebuah kabupaten dengan nama Kabupaten Sehilir Batang Hari yang memasukan wilayah Kecamatan Lembah Gumanti (Alahan Panjang), Pantai Cermin (Surian), Sungai Pagu (Muaro Labuh) dan Sangir (Lubuk Gadang).
Perjuangan panjang itu baru tercapai setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003. Pada 7 Januari 2004 diresmikanlah 24 kabupaten baru di Indonesia yang tiga di antaranya terdapat di Sumatera Barat, yakni Kabupaten Solok Selatan Dharmasraya, dan Pasaman Barat.
Tiga hari setelah diresmikan, atau pada 10 Januari 2004, Gubernur Sumatera Barat, melantik Penjabat Bupati Solok Selatan, Drs. Aliman Salim. Dalam perjalanan satu tahun Kabupaten Solok Selatan, Gubernur Sumatera Barat, H. Zainal Bakar kembali melantik Marzuki Omar sebagai Penjabat Bupati Solok Selatan menggantikan Aliman Salim yang sudah habis masa jabatannya. Melalui dua Penjabat Bupati, daerah pemekaran terus menata dan menjalankan roda pemerintah hingga terpilihnya bupati dan wakil bupati baru melalui pemilihan kepala daerah.
Pada proses demokrasi perdana itu, terpilih pasangan Drs. Syafrizal, M.Si. dan Drs. Nurfirmanwansyah yang dilantik pada 20 Agustus 2005 oleh Gubernur Sumatera Barat, di Padang Aro yang kini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Solok Selatan.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Solok Selatan adalah beretnis Minangkabau yang wilayah adatnya terbagi dua, yaitu Alam Surambi Sungai Pagu di bagian barat dan Rantau XII Koto di bagian timur. Masyarakat adat Alam Surambi Sungai Pagu mendiami Lembah Muara Labuh sepanjang aliran Batang Suliti dan Batang Bangko, masyarakat Rantau XII koto mendiami daerah sepanjang aliran Batang Sangir.
Di samping dihuni oleh etnis Minangkabau, Kabupaten Solok Selatan juga dihuni oleh etnis Jawa. Etnis Jawa datang sebagai transmigran seperti di Nagari Sungai Kunyit dan Dusun Tangah, namun ada juga yang datang bekerja di sektor perdagangan dan karyawan pabrik. Penduduk kabupaten Solok Selatan saat ini (2009) tercatat sebanyak 133.861 jiwa [4], terdiri dari 65.826 jiwa laki-laki dan 68.035 jiwa perempuan.

12. Kabupaten Tanah Datar

Tanah Datar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.404,25 km² dengan 70 nagari; dan populasi 400.000 jiwa dengan mata pencarian yang utama sebagai petani. Ibu kotanya ialah Batusangkar. Kabupaten ini merupakan pusat kebudayaan Minangkabau.
Kabupaten Tanah Datar merupakan Tujuh Kabupaten Terbaik di Indonesia dari 400 kabupaten yang ada. Penghargaan ini diberikan pada tahun 2003 oleh Lembaga International Partnership dan Kedutaan Inggris. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menobatkan kabupaten Tanah Datar sebagai satu dari empat daerah paling berprestasi dan berhasil melaksanakan otonomi daerah.
Kabupaten Tanah Datar memiliki perbatasan dengan empat kabupaten di Sumatera Barat. Disebelah utara berbatasan denga kabupaten Agam dan Kota Lima Puluh. Dibagian selatan berbatasan dengan Kota Sawah Lunto dan Kabupaten Solok. Disebelah barat berbatasan dengan kabupaten Padang Pariaman sedangkan disebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sawah Lunto Sijunjung. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang kaya dengan sumber air. Selain danau Singkarak, di kabupaten Tanah Datar terdapat lebih dari 25 buah sungai.

13. Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi adalah salah satu kota di Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 25,24 km² dan berpenduduk kurang lebih 100.000 jiwa. Dapat ditempuh dengan sekitar 2 jam perjalanan lewat darat (90 km) dari Kota Padang yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat. Bukittinggi dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Sago.
Kota yang merupakan kota kelahiran Proklamator RI - Bung Hatta ini, adalah sebuah kota budaya di Sumatera Barat dan terkenal dengan Jam Gadang, sebuah landmark di ketinggian jantung kota Bukittinggi berbentuk jam besar mirip Big Ben, yang merupakan simbol kota Bukittinggi.
Selain itu Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia. Bukittinggi merupakan salah satu daerah tujuan utama dalam bidang perdagangan di pulau Sumatera. Pusat perdagangan grosir untuk barang-barang konveksi kota Bukittinggi terletak di Pasar Aur Kuning. Sementara Pasar Ateh, Pasar Bawah, dan Pasar Lereng, yang terletak berdekatan dengan Jam Gadang, lebih merupakan pasar wisata yang dekat dan terkenal dengan kultur Budaya Minangkabau yang terkenal akan kerajinan tangan dan cinderamata (Jl. Minangkabau), dan wisata kuliner di Los Lambuang - Pasar Lereng.
Secara geografis Bukittinggi terletak antara 100,210 – 100,250 derajat bujur timur dan antara 00.760 – 00,190 derajat lintang selatan dengan ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut, berudara sejuk dengan suhu berkisar antara min 16,10 – 24,90 max. Bukittinggi memiliki julukan sebagai "kota wisata" karena banyaknya objek wisata yang terdapat di kota ini. Lembah Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut sebagai 'Lobang Jepang'.
Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau, kebun binatang dan benteng Fort de Kock yang dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh. Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di kota Bukittinggi.
Pasar Atas berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Di dalam Pasar Atas yang selalu ramai terdapat banyak penjual kerajinan bordir dan makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat seperti Karupuak Sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, serta Karupuak Jangek (Kerupuk Kulit) yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau dan Karak Kaliang, sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8. Danau Maninjau terletak sekitar 36 km atau sekitar 45 menit perjalanan dengan mobil dari kota Bukittinggi.
Secara geografis, Bukittinggi, terdiri dari bukit-bukit. Oleh sebab itu jalannya mendaki dan menurun, berdasarkan bukit itulah kemudian, pemerintahan dibagi (sebelum Orde Baru memecahnya ke dalam Kelurahan), ke dalam 5 jorong yang disebut juga dengan Kurai Limo Jorong (Jorong Guguak Panjang, Jorong Mandiangin Koto Selayan, Jorong Bukit Apik Pintu Kabun, Jorong Aua Birugo, dan Jorong Tigo Baleh). Dan pada saat ini juga telah dibangun pusat perbelanjaan modern di Bukittinggi. Hotel-hotel yang terdapat di kota Bukittinggi antara The Hills (sebelumnya Novotel), Hotel Pusako, dan hotel-hotel lainnya.

14. Kota Padang

Kota Padang adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini adalah pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan dan pelabuhan di Sumatera Barat. Saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan (2006).
Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatra dan berada antara 0°44'00" - 1°08'35" LS serta antara 100°05'05" - 100°34'09" BT. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, Luas Keseluruhan Kota Padang adalah 694,96 km²; atau setara dengan 1,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Dari luas tersebut lebih dari 60% nya yaitu ± 434,63 km² merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, baru selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan. Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah diantaranya yaitu Pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 38,6 km², Pulau Toran di kecamatan Padang Selatan seluas 25 km², dan Pulau Pisang Gadang seluas 21,12 km² juga di Kecamatan Padang Selatan. Daerah perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di Kota Padang antara lain, Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, Bukit Pegambiran, dll Wilayah daratan Kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2003. suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 23°-32° C pada siang hari dan pada malam hari adalah antara 22°-28° C. Kelembabannya berkisar antara 78-81%.
Padang dikenal dengan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang. Di bukit Muara, terdapat kuburan Siti Nurbaya dengan sebuah jembatan yang juga bernama Siti Nurbaya, sedangkan di pantai Air Manis terdapat batu Malin Kundang. Lokasi ini relatif ramai dikunjungi wisatawan di kala sore hingga malam hari. Museum Adityawarman mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, Mentawai dan suku Nias.
Beberapa jam dari pantai Padang kearah Teluk Bayur terdapat pantai Caroline dan sebuah resort Wisata bernama Sikuai Resort. Di sore hari pantainya terkadang dilewati sekawanan lumba-lumba yang menambah daya tarik wisata. Kota ini terkenal akan masakan Padang, seperti Gulai, Rendang, Karupuak Sanjai, Nasi Kapau dan Sate Padang. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu yang dinamakan sebagai masakan Padang sebenarnya dikenal oleh suku Minangkabau secara umum.

15. Kota Padang Panjang

Kota Padangpanjang adalah salah satu kota di Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 23 km² dan populasi 45.000 jiwa. Di kota ini berdiri sekolah agama Islam terkenal Sumatra Thawalib. Selain itu di sini terdapat pula Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang, Perguruan Diniyah Putri dan Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDKIM).
Pasar di Padangpanjang akhir abad ke-19. Foto koleksi KITLV. Dengan ketinggian lebih dari 700 m dpl, kota ini berhawa sejuk. Di bagian utara dan agak ke barat berjejer tiga gunung: Gunung Marapi, Gunung Singgalang, dan Gunung Tandikek. Daerah ini merupakan penghasil sayur mayur dan sentra beras bagi Sumatera Barat.
Salah satu tempat wisata dekat Padangpanjang yang banyak dikunjungi adalah "Aia Mancua", yang terletak di Kabupaten Tanah Datar tepatnya dipinggir jalan dari arah Padang. Nama ini agak unik, karena secara umum "air mancur" memancar dari bawah ke atas, sedangkan di sini, sebenarnya berupa air terjun.
Selain itu lebih kurang 15 kilometer ke arah Timur Kota Padangpanjang terdapat Danau Singkarak yang juga terletak di Kabupaten Tanah Datar, dimana di danau tersebut ada spesies yang uniknya hanya terdapat di danau Singkarak yaitu ikan bilih. Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjanjikan sebagai daerah wisata memancing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal dari kota sekitar Danau Singkarak maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat. Sentra-sentra daerah pemancingan yang umum dijadikan lokasi pemancingan di antaranya Ngalau, Sumpur Sudut, Pasar Malalo, Ombilin, Baiang, Intake PLTA Singkarak atau yang lebih dikenal dengan nama Terowongan dan banyak lokasi lainnya. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipancing yaitu asang, piyek, balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 Kg.
Berbicara tentang Padang Panjang yang sekarang telah berdiri sebagai Kota memang tidak bisa lepas dari induknya Kabupaten Tanah Datar, karena disamping letaknya yang berada di dalam daerah administratif Kabupaten Tanah Datar, juga karena nilai historis dan struktur sosial kemasyarakatan daerah yang dulunya dikenal sebagai Pasar Serikat masyarakat Batipuh X Koto Kabupaten Tanah Datar ini masih berkaitan erat dengan dua daerah terdekatnya tersebut.
16. Kota Solok

Kota Solok Merupakan salah satu kota yang berada di Sumatera Barat, Indonesia. Lokasi kota Solok sangat strategis, karena terletak pada persimpangan jalan antar propinsi dan antar kabupaten/kota. Dari arah Selatan jalur lintas dari Propinsi Lampung, Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Jambi, kota ini merupakan titik persimpangan untuk menuju Kota Padang sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Barat, yang jaraknya hanya + 64 Km saja. Bila kearah utara akan menuju Kota Bukittinggi yang berjarak + 71 Km, untuk menuju kawasan Sumatera Bagian Utara.
Kota Solok terletak pada posisi 0º32" LU - 1º45" LS, 100º27" BT - 101º41" BT dengan luas 57,64 km² (0,14% dari luas Provinsi Sumatera Barat). Wilayah administrasi Kota Solok hampir keseluruhannya dikelilingi oleh beberapan Nagari pada Kabupaten Solok. Kota Solok memiliki peran sentral di dalam menunjang perekonomian masyarakat Kota Solok dan Kabupaten Solok pada umumnya. Topografi Kota Solok bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 390 dpl serta curah hujan rata-rata 184,31 mm kubik per tahun. Terdapat tiga anak sungai yang melintasi Kota Solok, yaitu Sungai Batang Lembang, Sungai Batang Gawan dan Sungai Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar dari 26,1ºC sampai 28,9ºC. Dilihat dari jenis tanah, 21,76% tanah di Kota Solok merupakan tanah sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering.
Pemerintah Kota Solok saat ini dipimpin oleh Walikota Drs. H. Syamsu Rahim bersama Wakil Walikota Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa. Wilayah Kota Solok secara administrasi terdiri dari 2 (dua) kecamatan dengan 13 (tiga belas) kelurahan, yaitu:
a. Kecamatan Lubuk Sikarah

· Kelurahan Tanah Garam
· Kelurahan VI Suku
· Kelurahan Sinapa Piliang
· Kelurahan IX Korong
· Kelurahan Kampai Tabu Karambia
· Kelurahan Aro IV Korong
· Kelurahan Simpang Rumbio


b. Kecamatan Tanjung Harapan

· Kelurahan Koto Panjang
· Kelurahan Pasar Pandan Airmati
· Kelurahan Tanjung Paku
· Kelurahan Nan Balimo
· Kelurahan Kampung Jawa
· Kelurahan Laing


c. Organisasi Perangkat Daerah Kota Solok terdiri dari:

· Sekretariat Daerah;
· Sekretariat DPRD;
· 9 (sembilan) Dinas;
· 5 (lima) Badan;
· 5 (lima) Kantor;
· 2 (dua) Kecamatan;
· 13 (tiga belas) Kelurahan


17. Kota Pariaman

Kota Pariaman merupakan salah satu kota di Sumatera Barat, Indonesia. Merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman yang terletak di pesisir pantai sebelah utara kota Padang, Indonesia sesuai dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat yang tercakup dalam UU No. 12 tahun 2002 dan mempunyai hari jadi tanggal 12 Juli 2002. Walikota saat ini dijabat oleh H. Nasri Nasar,SH dan wakil walikota IR. Mahyuddin.
Pada abad ke-17, Pariaman adalah kota pelabuhan penting di Minangkabau. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berdagang emas, lada dan berbagai hasil perkebunan di pedalaman Minangkabau lainnya. Pada tahun 1663, kolonialis Belanda mengusai pelabuhan dengan perjanjian dengan Kerajaan Aceh. Ketika Belanda memusatkan aktivitasnya di Padang dan membangun rel kereta api ke Sumatera Barat pedalaman, pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.
18. Kota Payakumbuh

Payakumbuh adalah sebuah kota di Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 80,43 km2 atau setara 0,19% luas propinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2004 Kota Payakumbuh memiliki penduduk 105.000 jiwa dengan tingkat kepadatan 1.305 jiwa per km2.
Payakumbuh memiliki upacara adat yang khas, yaitu upacara yang kegiatannya terdapat tarian-tarian daerah yang dipertontonkan. Salah satu tariannya adalah gerakan silat yang dimainkan oleh beberapa anak kecil yang disebut randai.Randai biasanya di tampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni. Kelompok randai yang terkenal terdapat di daerah Muara Paiti Kapur IX, yang jaraknya 102 km dari kota Payakumbuh.
Payakumbuh dikenal sebagai Kota Batiah. Selain batiah masih banyak makanan khas dari Payakumbuh yaitu gelamai, beras rendang dan kipang. Payakumbuh juga terkenal dengan satenya terutama sate yang berasal dari nagari Dangung-dangung. Selain sate juga terdapat rendang belut, rendang telor dan martabak telor. Martabak yang terkenal berasal dari daerah Kubang, sebelah utara Payakumbuh. Di Tiakar juga terdapat paniaram yaitu kue dari beras ketan di campur gula enau.
a. Benda Cagar Budaya dan Situs di Kota Payakumbuh:

· Masjid Gadang Balai Nan Duo Koto Nan Ampek
· Rumah Gadang Tuanku Lareh Koto Nan Ampek
· Makam Bani Arsyad dan Mohamad Toha Limbukan
· Surau Dagang Rao-Rao Labuh Baru
· Jembatan Ratapan Ibu
· Rumah gadang Kapten Tantawi
· Objek Wisata






b. Beberapa objek wisata di sekitar kota Payakumbuh adalah:
· Batang Tabik
· Ngalau Indah
· Ngalau Sampik
· Masjid Tuo Koto Nan Ampek
· Makam Keramat Tanjung Lilin
· Perkampungan Tradisional Minangkabau Balai Kaliki Koto nan gadang.

19. Kota Sawahlunto

Kota Sawahlunto atau Sawah Lunto adalah salah satu kota di Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 5,86 km² dan populasi 15.279 jiwa.
Kota Sawahlunto merupakan kota tambang satu-satunya di Sumatra Barat. Sebagai sebuah kota tambang, maka kota ini bersamaan pula munculnya dengan pertambangan batu bara yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1892. Batu bara sudah ditemukan di sini sejak pertengahan abad ke-19 oleh Ir. de Greve. Ia kemudian mengajukan kepada pemerintah Belanda untuk menambang batu bara di daerah ini karena sangat dibutuhkan untuk dunia industri dan transportasi ketika itu. Sejak penemuan batu bara itu daerah ini selalu dikunjungi oleh para geolog. Akhirnya setelah masyarakat lokal "menyerahkan" daerah ini kepada Belanda pada tahun 1876, maka dirintislah pertambangan batu bara di daerah ini. Pertambangan itu dikelola oleh negara dan setelah kemerdekaan diberi nama PT Tambang Batubara Ombilin (TBO). TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak dari PTBA (Bukit Asam) yang terdapat di Sumatra Selatan. Sekarang, sejak reformasi bergulir berkembang pula di daerah itu tambang rakyat. Rakyat merasa berhak pula untuk melakukan pertambangan. Pertambangan yang mereka lakukan bukan saja di tanah kaum, tetapi juga tanah milik pertambangan PTBA UPO. Walikota saat ini di kota Sawahlunto adalah Ir. Amran Nur dengan wakil walikota Erizal Ridwan S.T.
Secara garis besar Kota Sawahlunto terdiri dari Kawasan Lindung (26,5%) dan Kawasan Budidaya (73,5). Penggunaan tanah yang dominant merupakan perkebunan campuran (34,1%) hutan lebat dan belukar (19,5%). Sedangkan danau (0,2%) danau ini merupakan bekas galian penambangan batu bara.
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto akhir tahun 2005 adalah sebanyak 52.457 jiwa terdiri dari 24.456 jiwa pria dan 26.777 jiwa wanita, dengan kepadatan penduduk 191 jiwa/km². Mata pencarian penduduk sangat beraneka ragam seperti bekerja di bidang pertanian, sector pertambangan dan bidang jasa. Struktur ekonomi masyarakat Kota Sawahlunto sebagian besar ditopang oleh sector pertambangan. Subsektor pertanian tanaman pangan, indusrti kecil/kerajinan rumah tangga dan sector peternakan.



Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 diatas adalah Cupak. Cupak biasa dipakai oleh masyarakat Sumatera Barat untuk penakar beras.
Gambar 2 diatas adalah Gantang. Gantang biasa dipakai oleh masyarakat Sumatera Barat untuk penakar padi dan beras.


Gambar 3 Gambar 4
Gambar 3 diatas adalah Tabung Kopi. Tabung kopi adalah tempat untuk menaruh kopi untuk masyarakat Sumatera Barat.
Gambar 4 diatas adalah Kacio. Kacio adalah alat penyimpanan uang yang biasa dipakai oleh masyarakat Sumatera Barat.

Gambar 5 Gambar 6
Gambar 5 diatas adalah Salung. Salung adalah salah satu alat musik yang berasal dari Sumatera Barat.

Gambar 6 diatas adalah Talempong. Talempong juga termasuk salah satu alat musik yang berasal dari Sumatera Barat.


Gambar 7 Gambar 8

Gambar 7 diatas adalah berbagai macam alat yang biasa digunakan masyarakat Sumatera Barat untuk mendapatkan mata pencaharian mereka.

Gambar 8 diatas adalah kerajinan rotan yang hasilkan oleh masyarakat Sumatera Barat.


Gambar 9 Gambar 10

Gambar 9 adalah perlengkapan-perlengkapan menikah yang digunakan oleh wanita-wanita di Sumatera Barat.

Gambar 10 adalah perlengkapan-perlengkapan menikah yang digunakan oleh lelaki-lelaki di Sumatera Barat.

Gambar 11 Gambar 12

Gambar 11 dan 12 adalah beberapa model pelaminan ciri khas Sumatera Barat.


Gambar 13
Gambar 13 juga termasuk dalam beberapa model pelaminan khas dari Sumatera Barat.


Gambar 14
Gambar 14 adalah model kamar pengantin dari Sumatera Barat.






Gambar 15
Gambar-gambar 15 diatas adalah beberapa model baju adat pernikahan khas Sumatera Barat


Gambar 16
Gambar 16 diatas adalah rumah adat Sumatera Barat yang bernama Rumah Gadang.

Gambar 17
Gambar 17 diatas adalah Tingkuluik. Adalah perhiasan kepala mempelai wanita Sumatera Barat.